Klik Disini
BREAKING

Surabaya dan Sekitarnya

Malang dan Sekitarnya

Latest Posts

Monday 18 January 2016

Bekas Kepala Gudang Bulog Madura Divonis 12 Tahun Penjara


JAWATIMURPOST - Mantan Kepala Gudang Bulog Subdrive XII, Madura, Kadiono, yang didakwa kasus korupsi pengadaan beras fiktif sebanyak 1.504 ton, divonis kurungan penjara selama 12 tahun, denda Rp 200 juta dan subsider 2 bulan kurungan.

Selain itu, terdakwa diharuskan mengembalikan kerugian negara sebesar Rp 12 miliar. Jika dalam rentang waktu dua bulan, tidak bisa mengembalikan kerugian negara, seluruh harta bendanya disita dan ditambah kurungan 3 tahun. Begitu juga, bilamana tetap tidak bisa membayar denda, selama dalam tahanan terdakwa tidak memperoleh hak remisi.

Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Pamekasan, Toto Sucapto yang dihubungi melalui Kasi Pidus Kejari, Pamekasan, Agita Tri Moertjahjanto, Minggu (17/1/2016) mengatakan, sidang putusan yang dipimpin majlis hakim Martua Ramli, digelar di Pengadilan Tipikor Surabaya, Jumat (15/1/2016) petang lalu.

Menurut Agita Tri Moertjahjanto, meski putusan itu lebih rendah dari tuntutan jaksa penuntutut umum (JPU) yang sebelumnya menuntut terdakwa selama 13,5 tahun, namun hukuman ini sudah pantas dijatuhkan kepada terdakwa Kadiono. Sebab, selama persidangan terdakwa tidak koperatif, tidak berterus terang dan terkesan tidak mau mengakui perbuatannya.

"Kami tidak menyangka, hakim akan menjatuhkan vonis kepada terdakwa selama 12 tahun. Dan vonis hakim ini tidak seperti biasanya. Sebab JPU menuntut terdakwa selama 13 tahun, biasanya hakim akan menjatuhkan vonis antara 9 atau 8 tahun," kata Agita Tri Moertjahjanto.

Dikatakan, atas putusan ini, terdakwa dan kuasa hukum mengajukan banding, karena putusan yang dijatuhkan itu dinilai terlalu berat dan tidak sebanding dengan apa yang diperbuat terdakwa. Sedang JPU masih akan piker-pikir dulu.

Sementara itu, N Tarigana, kuasa hukum Kadiono, menyatakan tidak terima terhadap putusan yang dijatuhkan kepada kliennya. Putusan itu dianggap tidak memberikan keadilan bagi terdakwa. Sebab hilangnya beras sebanyak 936 ton itu, jabatan Kepala Gudang Bulog dipegang Abdullatif. Dalam putusannya hakim menimpakan semua kesalahannya pada kliennya.

“Hilangnya beras itu, terjadi sebelum klien kami (Kadiono.Red) menjabat Kepala Gudang Bulog. Ini yang tidak adil, sehingga kami mengajukan banding,” kata N Tarigana.

Seperti diberitakan, terdakwa Kadiono, dituntut hukuman 13,5 tahun penjara dan denda Rp 500 juta, subside 5 bulan kurungan. Selain itu, diharuskan membayar uang pengganti sebesar Rp 12 miliar. Jika dalam rentang waktu satu bulan, Kadiono tidak membayar, maka seluruh harta kekayaannya disita atau hukumannya ditambah 6 tahun 8 bulan.


Sumber : LINTASMADURANEWS

MK : 40 Gugatan Sengketa Pilkada Ditolak


Jawatimurpost - Sebanyak 40 permohonan perselisihan hasil suara (PHP) Pemilihan Kepala Daerah serentak ditolak oleh Mahkamah Konstitusi. Penolakan tersebut diputuskan dalam sidang yang dipimpin Arief Hidayat  Senin, (18/1/2016). Mayoritas gugatan ditolak akibat melewati tenggang waktu.

"Permohonan pemohon melewati tenggang waktu pengajuan permohonan yang ditentukan peraturan peraturan perundangan," ujar Ketua MK, Arief Hidayat saat membacakan kesimpulan putusan, Senin (18/1/2016)

Adapun daerah tersebut adalah Dompu dengan pemohon Abu Bakar Ahmad-Kisman, Yalimo (Luter Walilo-Beay Adolfy), Melawi (Firman Montaco-Jhon Murkanto Ajan), Sekadau (Simson-subarno), Gresik (Husnul Khuluq-Ach. Rubaie), Nabire (Decky Kayame-adaouktus takerubun), Tidore Kepulauan (Muhammad Hasab Bay-Mochtar Sangaji), Solok (Desra Ediwan Anantanur-Bachtul), Yahukimo (David Silak-Septinus Pahabol)

Lalu, Tanah Datar (Edi Arman-Taufik Idris), Asmat (Sylvester Siforo-Yulius Pantandianan), Pasaman (Benny Utama-Daniel), Tomohon (Johny Runtuwene-Vonny Jane Paat), Gowa (Andi Maddusila-Wahyu Permana Kaharudin), dan Kepulauan Selayar (Saiful Afif-Muh.Junaydi Faisal).

Selanjutnya, Hulu Sungai Tengah yang dimohonkan pasanganHarun Nursaid-Aulia-Oktafiandi),  Humbang Hasundutan (Marganti Manullang-Ramses Purba), Siak (Suhartono-Syahrul), Pemalang (Muhammad Arifin-Romi Indiarto), Bone Bolango (Ismet Mile-Ishak Liputo).

Kemudian, Pahuwato (Salamudin Pakaya-Burhan Mantulangi), Tapanuli Selatan (Muhammad Yusuf Siregar-Rusydi Nasution), Kaimana (Hasan Achmad-Amos Oruw), Poso (Frany Djaru-Abd. Gani), Manokwari (Bernanrd Sefnat Boneftar-Andarias Wam), Buru Selatan (Rivai Fatsey-Anthonius Lesnussa), Kutai Barat (Abed Nego-Syarifudin), Mamuju Utara (Abdullah Rasyid-Marigun Rasyid), Bengkulu Selatan (Reskan Effendi-Rini Susanti).

Terakhir, Banggai Laut (Sofyan Kaepa-Trin Lulumba), Kepulauan Aru (Obed Barend-Lasarus Darakay), Sumba Timur (Matius Kitu-Abraham Litinau), Maluku Barat (Nikolas Johan Kilikily-Johanis Hendrik Frans).

Sementara itu, satu daerah Tasikmalaya (Pematau Pemilih Forum Komunikasi Masyarakat Tasikmalaya) tak memenuhi syarat legal standing.

Selain itu, lima pemohon menarik gugatannya yaitu Kabupaten Pesisir Barat (Lampung), Kabupaten Kotabaru (Kalimantan Selatan), Kabupaten Toba Somasir (Sumatera Utara), Kabupaten Boven Digoel (Papua), dan Kabupaten Bulukumba (Sulawesi Selatan). (Jawa Pos)

Sumber : lintasmaduranews


Sunday 17 January 2016

Pemuda Sumenep Pesta Miras Dengan Cewek Seksi




Jawatimurpost.com- SUMENEP, Aktifitas Pemuda pemudi Sumenep, Madura, Jawa Timur mulai disebarkan Oleh Para Nitizen di Media Online.

Dilansir Dari Portalmadura.com, Dalam video berdurasi 5 menit 28 detik itu, menggambarkan kehidupan malam kota dengan hiburan karaoke sambil pesta minuman keras (miras).

Bahkan, dalam ruangan yang hanya ada cahaya monitor televisi, terdapat perempuan berpakaian super seksi dengan atasan separuh badan.

Dua pemuda juga terekam yang diduga menggunakan sebuah kamera handphone berkualitas rendah. Sesekali dua pemuda itu merangkul perempuan yang bergoyang hot sambil karaoke.

Diatas sebuah meja terdapat rokok, korek api, dan sejumlah botol minuman keras berlebel ‘Guinness’ yang mengandung 4,2 % kadar alkohol.

Penelusuran PortalMadura.Com, ada dua video yang diunggah ke youtube dengan nama akun yang sama. bahkan, pada video kedua terang-terangan memberi lebel ‘karaoke mesum’. Kedua video tersebut, diunggah tanggal 11 Januari 2016.

Begitulah Gambaran Kehidupan Para Pemuda Pemudi di Sumenep Menginjak Tahun yang Baru 2016.

Kepada Ad-Dakhil: Merayakan Ultah Tak Sebercanda Meniup Lilin!


Oleh Latif Fianto


Bagaimanakah seharusnya perayaan hari lahir itu dimaknai?

Sepertinya pertanyaan itu terdengarsedikit konyol. Bagaimana tidak, kita semua tahu, setiap kali perayaan hari lahir, orang-orang riuh menyenandungkan lagu "Happy Birthday to You", atau ramai-ramai melantunkan lagu "Selamat Ulang Tahun". Lantas, dengan senyum dan mata memeram, bibir meniup nyala lilin. Yang terjadi kemudian adalah tawa yang membuncah sambil memotong kue tar.

Apakah sesederhana itu?

Ternyata perayaan Hari Lahir atau kita akrab menyebutnya Ultah, itu tak sebercanda meniup lilin dan memotong kue tar. Hehehe

Mari kita renungi, saya akan mencoba belajar membukakan pintu dengan menuliskan jalan itu menuju refleksi. Bukan tentang sumpah pemuda, sumpah mahasiswa atau tentang para pejuang di masa lalu, tapi ini mengenai perayaan hari lahir lembaga kita, Rayon Ad-Dakhil yang ke- 5.

Ad-Dakhil, sang penakluk, diambil dari nama lain (Alm) K.H. Abdurrahman Wahid, presiden Republik Indonesia yang keempat. Seorang penakluk, ia tidak mungkin tidur, pulas berbantal khayalan, berselimut kemalasan. Seorang penakluk bukan seekor anjing, yang menggonggong, melolong, lalu bila diberi tulang, diam, tidur dengan perut kekenyangan. Tapi seorang penakluk, ia adalah singa. Ia tak terlalu banyak suara, kakinya mantap melangkah maju ke depan. Sorot matanya menyimpan ambisi dan cita-cita besar. Seringkali ia diam, tapi ia seorang raja, raja rimba.

Lalu, bagaimanakah dengan Ad-Dakhil kita?

Pertanyaan itu masih belum kita jawab. Kalau pun mau dijawab, tak perlu ditulis atau diurai di dinding-dindingfacebook, twitter, BBM, atau berteriak congkak, itu pun dilakukan di dalam tempurungnya. Tak perlu. Kita cukup membuktikannya dengan kinerja-kinerja kreatif, produktif dan tentu prestatif.

Apakah itu sudah kita lakukan?

Saya tak sedang berusaha berceramah mengenai apa yang baik dan bagaimana seharusnya mengelola organisasi atau menjadi kader militan di PMII. Cukup terjemahkan saja Tri Motto PMII ke dalam kehidupan nyata, itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi kader PMII yang berkualitas dan militan. Ini pun bukan kata saya, melainkan mengais kembali ingatan isi ceramah Abdullah Syam, penceramah yang didatangkan dari Pesantren Rakyat, Malang Selatan, di malam Perayaan Hari Lahir Rayon Ad-Dakhil (16/01).

Lantas, untuk apa kita merayakan hari lahir Rayon Ad-Dakhil? Apakah sekadar untuk menaikkan great gengsi?

Membaca pertanyaan ini, tentu banyak kepala yang akan menggeleng. "Ini bukan soal gengsi, simbol atau hanya seru-seruan belaka", mungkin itu jawaban yang akan terdengar. Mari kita amini saja. Apa pun motifnya, perayaan hari lahir adalah sesuatu yang sakral. Semoga kita tidak terjebak pada ritual belaka. Merayakan hari lahir adalah bentuk apresiasi kita, bentuk penghargaan kita pada Tuhan, pada organisasi tempat kita bernaung dan menimba ilmu, meskipun buahnya belum tentu kita panen saat ini juga. Namun, apapun makanan dan minumannya, poin penting dari perayaan hari lahir adalah refleksi, introspeksi, proyeksi dan ekspektasi akan masa depan.

Karenanya, dalam rangka melakukan refleksi, dalam tulisan sederhana ini saya ingin menghadirkan rumusan pertanyaan K.H. Toto Tasmara, penulis buku Membangun Etos Kerja Islami, untuk menjadi bahan refleksi kita di hari lahir Ad-Dakhil yang ke - 5 ini. Dan penjelasan dari jawabannya, sekali lagi, tak perlu diumbar, cukup dibuktikan saja dengan kinerja nyata di setiap lembar-lembar kerja organisasi.

Pertama, know who are you. What is your strengths and your weaknesses. Terjemahan bebasnya kira-kira begini, ketahui siapa dirimu, kekuatan dan kelemahanmu. Ini mirip analisis SWOT saat kita hendak melakukan rapat kerja di awal kepengurusan. Namun, analisis seperti ini harus dilakukan setiap waktu, bukan hanya saat sedang ketika hendak melakukan rapat kerja. Hal ini baik untuk terus melakukan upgrading terhadap kinerja, keilmuan dan tentu untuk produktivitas kerja kita di tubuh organisasi.

Kedua dan ketiga, know your job, know your competitor and your partner. Kita harus tahu, apa pekerjaan dan peran yang diemban, dan perlu tahu, siapa pesaing dan dan teman, sahabat atau kawan kita.
Sampai pada jawaban untuk rumusan pertanyaan ini, kita sudah benar-benar memahami siapa yang lawan, siapa yang kawan. Namun, tersebab ego, ramuan politik dan bahkan ambius dalam merebut kekuasaan, kerap kali lupa dan mungkin sengaja dilupakan, siapa teman, siapa sahabat, siapa kawan dan siapa lawan. Peran dan kerja menjadi absurd. Tak jarang kita mendendam pada sahabat sendiri. Tak sekali dua kali kita mengusir sahabat sendiri dari arena diskusi.

Kejelekan masing-masing pengurus yang tidak disukai diumbar di laman facebook, status di BBM, dan bahkan yang sangat disayangkan, bagaimana bila lawan politik kita yang secara ideologi berbeda, menggunakan momen tersebut untuk memporak-porandakan lembaga PMII. Karenanya, setiap pribadi perlu tahu porsi peran, tugas dan tanggungjawabnya. Bisa dikatakan, mereka yang saling menjelek-jelekkan sesama pengurus, mengumbar kelemahan dan kebejatan lembaganya di ruang-ruang umum adalah mereka yang tidak dewasa dalam berorganisai, tak punya tanggung jawab, dan perlu diupgrade pemahamannya mengenai organisasi.

Keempat dan kelima, know your company and your goal, know your product. Rayon Ad-Dakhil adalah lembaga yang bergerak di ranah fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Di dalamnya ada Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi. Dua keilmuan yang apabila dikembangkan akan mewarnai khazanah intelektualitas kita di tubuh PMII. Dua keilmuan itu harus menjadi titik fokus utama sebelum mengembangkan keilmuan atau kreativitas lainnya.

Setiap pribadi, lembaga, ataupun perusahaan tentu memiliki spesialisasi dan spesifikasi tertentu. Ada kelemahan dan kelebihan masing-masing. Yang kelebihan harus terus dipertahankan dan dikembangkan, sementara yang kelemahan harus dijadikan peluang untuk menciptakan kemajuan.

Keenamdan ketujuh, know your customer, know your message. Pemahaman sederhana mengenai ini adalah mengetahui dan memahami siapa relasi kita, apa pesan, situs, jejak, dan kenangan seperti apa yang akan kita cipta di benak setiap orang yang menjadi saksi perjalanan kita di tubuh organisasi.

Sekiranya kita sudah memahami mengenai rumusan pertanyaan ini dan lupa bagaimana menerjemahkannya dalam kehidupan berorganisasi, maka momentum perayaan hari lahir Rayon Ad-Dakhil menjadi momentum yang sangat cocok untuk melakukan refleksi dan introspeksi mengenai apa yang sudah dan akan kita lakukan ke depan.

Sekali lagi, sekalipun anjing berjingkrak-jingkrak menggonggong, melolong memenuhi kolong langit, seekor singa akan tetap melangkah mantap ke depan, bersiap menyergap mangsa, berjuang menyongsong masa depannya. Sebab ia bukan pengecut atau pecundang, tapi ia adalah raja. Ia adalah kader Ad-Dakhil yang sudah ditunggu masyarakat di lingkungan yang lebih besar dan kompetitif, penuh tendensi politis.

Di akhir tulisan ini, semoga tidak melangkahi para ustadz dan kiai bila saya mengutip firman Allah, sebagaimana berikut ini.

"... Ambillah ibarat (tanda-tanda) ini, wahai mereka yang memiliki penglihatan intelektual(al-Hasyr: 2).

Latif Fianto, lahir di Sumenep, pecinta buku, menulis cerpen dan esai, sekarang tinggal di Malang, bergiat di Komunitas Sastra Malam Reboan.


Bom Itu Tidak Meledak, Tapi Masih Menggantung Di Dadamu


Oleh Latif Fianto

Kira-kira ia akan berkata begini, tadi pagi bom meledak di Jakarta, orang-orang menyebutnya Bom Sarinah, temuan terakhir 7 orang tewas. Lalu himbauan datang, jangan pergi ke tempat-tempat mewah, seperti restoran-restoran berlabel atau beraroma Eropa, tempat-tempat begitu jadi incaran empuk sang peneror.

Para orang tua khawatir. Anaknya disuruh berdiam diri saja di rumah. Beberapa dilarang pergi ke kantor tempatnya bekerja. Orang-orang melotot memandangi layar televisi. Berjam-jam berita bom bunuh diri dan baku tembak itu disiarkan begitu mengalir, dari hulu ke hilir. Nyaris tak ada napas untuk sekadar menikmati menu makan siang. Doa-doa dan kedukaan bertengger di berbagai dinding sosial media. Pray for Jakarta, Save Jakarta, katanya begitu beberapa status di dinding Blackberry Messanger.

Para pengamat berujar, bisa jadi itu adalah kelanjutan aksi pengeboman yang sempat menuai luka di Paris, Prancis. Yang lain berkicau, benar-benar biadab para pelaku teror itu. Sebagian yang lain memberikan awas, bisa jadi itu pengalihan isu, belakangan ini pemerintah sedang melakukan komunikasi intim mengenai saham Freeport, agar luput dari perhatian masyarakat, dibikinlah lorong pengalihan perhatian, "Ledakkan bom saja!".

Benar adanya, perhatian masyarakat digiring pada tontonan baru, hangat dan meresahkan. Kini pemberitaan di berbagai televisi menyorot ledakan itu. Beberapa televisi bahkan menyediakan ruang siang selebar-lebarnya mengenai tragedi itu. Mulai dari talkshow, berita yang diulang-ulang, berita investigasi hingga pengamatan-pengamatan spekulif meski ditilik dari berbagai aspek keilmuan. Bisa ditebak, salah satu stasiun televisi akan membuat laporan utama, juga laporan khusus mengenai peristiwa itu, berhari-hari bahkan bisa jadi berminggu-minggu. Media seolah bilang begini kepada konsumennya, "Dalam beberapa hari ke depan ini, kalian tidak boleh berpaling dari berita hot ini!".

Kata orang-orang gerakan yang kritis melihat setiap kejadian, itu adalah bagian polical setting yang dilakukan pemerintah. Sudah menjadi rahasia umum, untuk mencapai suatu target kebijakan politik, agar tak menjadi perhatian masyarakat, pemerintah selalu menyajikan tontonan baru pada mereka yang awam. Lalu di balik podium, orang-orang penting di tubuh negeri ini akan berpidato, seolah-seolah kejadian itu di luar kendali kekuasaan.

Lain halnya dengan mahasiswa Ilmu Komunikasi, mereka akan mengatakan, itu agenda setting, kawan! Tak seharusnya mahasiswa, yang katanya cerdik-cendikia, termakan oleh giringan media. Mahasiswa harus mampu menfilter dan cerdas mengkonsumsi setiap berita yang disajikan media. Pada titik ini, keberadaan literasi, sebagai upaya cerdas memahami konten media perlu dimiliki oleh mahasiswa, dan masyarakat secara umum. Bila tidak demikian, maka teori jarum hipodermik akan benar-benar membuktikan ketajamannya dalam mempengaruhi kognisi khalayak.

Sementara itu, mahasiswa tingkat akhir akan berteriak, bagaimana mau berpikir tentang bom, teror, dan semacamnya, ini skripsi belum kelar. Begitulah kira-kira kata mereka yang masih terseok-seok menyalakan laptop, maksudnya hendak menggarap skripsi, eh taunya menonton film, entah film berjenis apa, absurd.

Ah, alamak! Tak usah lah berpikir tentang bom, urusan perut masih belum selesai ini, kata sebagian kelompok lain. Beberapa orang menengadahkan tangan menggiring amin, semoga Indonesia selalu aman dan terkendali. Tak ada kekerasan, mulai dari yang terbungkus dalam kategori budaya, sosial, ekonomi dan bahkan radikalisasi agama.

Bom itu kan meledak, menggema, riuhlah suara, dari zaman lampau hingga sekarang sifat bom memang begitu. Tak usah lah cemas, banyak-banyak saja mendekatkan diri pada sang Ilahi, seorang gadis bertubuh subur berkata pada seorang lelaki, kekasihnya. Si lelaki menatap mata perempuan itu, lalu berujar dengan penggalan sebuahsajak karya Syarifudin Arifin.

Bom Di Dadamu Itu, Sayang!

Aku hanya tersenyum
melihat dua bom menggantung di dadamu
dan sangat ingin mengigit sumbunya
agar segera meledak

Si perempuan tersenyum manis. Lalu mendekatkan wajahnya, selanjutnya hanya alam yang mengaturnya romantis. Mengenai ledakan bom itu, kini kita sedang menunggu, bagaimana mata dunia mencurahkan perhatiannya pada Indonesia.


Latif Fianto, lahir di Sumenep, pecinta buku, menulis cerpen dan esai, sekarang tinggal di Malang bergiat di Komunitas Sastra Malam Reboan. 

Momentum Maulid Nabi: From “Country” for the Last Prophet


Oleh Latif Fianto

Saya mengetik tulisan sederhana ini tidak dalam keadaan bercanda, mabuk, apalagi dalam keadaan lelap. Tulisan ini berawal dari ide sederhana yang menggeliat tumbuh di kepala saat saya berada di kamar mandi. Sekiranya bisa, jangan berpikir yang macam-macam mengenai apa yang saya lakukan di kamar mandi. Saya tidak sedang buang hajat, apalagi menikahi kelamin sendiri. Yang pasti, ide itu mengenai momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di lingkungan organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Country.

Kenapa ide tersebut harus muncul di kamar mandi? Barangkali ada beberapa teman bertanya demikian. Saya menggunakan term “teman” agar tidak terlalu kentara bahwa saya sendiri yang bertanya seperti itu. Kenapa ide itu tidak muncul ketika sedang berada di masjid atau sedang berdzikir kepada Allah? Bukankah itu sebuah bentuk penghinaan terhadap organisasi gerakan terbesar di Indonesia ini dengan 200 lebih cabang yang sudah berdiri? Tentu akan lain ceritanya bila ide itu muncul di masjid, yakni rumah Allah.
Kalau pertanyaan itu benar-benar diajukan, sudah barang tentu saya menyiapkan jawaban paling bijak yang bisa saya berikan. Hehe..

Pertama, ketika sedang berada di kamar mandi, ide-ide seperti timbul tenggelam berebut ingin keluar. Betulkah demikian? Jawabannya tak perlu diutarakan. Cukup rasakan, dan kalau memang benar, tidak menjadi persoalan untuk diakui. Ketika berada di kamar mandi, banyak di antara kita terjebak pada perenungan yang dalam dan panjang. Tentu yang lelaki tidak merenungkan apalagi membayangkan tubuh Selena Gomes atau Ariel Tatum yang aduhai, sementara yang perempuan tidak sedang membayangkan ketampanan Muhammad Al Ghazali atau Steven William, dua pemuda tampan yang saat ini sedang mencapai puncak popularitas dan menjadi idola kaum perempuan.

Kedua, sebab kalau di masjid atau sedang keadaan berdzikir, berarti kita sedang melakukan komunikasi intim dengan Allah. Dalam kondisi demikian, kita tidak mungkin merenung atau memikirkan ide apa yang akan ditulis. Hal itu hanya akan menyebabkan hubungan kita dengan Allah retak. Kalau tidak percaya, mari kita perhatikan penjelasan Ach. Dhofir Zuhry, penulis buku Filsafat Timur. Ia mengatakan kurang lebih begini, bila engkau sedang menghadap Allah, berdzikir atau sedang berdoa, jauhkanlah urusan duniamu. Acuhkan dulu smartphone, BlackBerryMessenger, WhatsApp, twitter dan sejenisnya. Menyatulah dengan Allah, seluruh konsentrasi harus terpusat kepada-Nya agar doa dan taubatmu diterima.

Saya menulis ini bukan maksud hendak mengganti atau melanjutkan estafet perjuangan dakwah para ustadz. Tapi, kalau ternyata Allah menghendaki demikian, sebenarnya tidak terlalu menjadi persoalan. Hanya saja saya sanksi. Di negeri ini sudah banyak para penceramah – saya enggan menyebutnya ustadz amplop, ustad kamera, yang kalau tidak lucu dan unik tidak akan laku. Kita tidak sedang butuh para orator, penceramah, yang hanya manis di bibir tapi kosong dalam perbuatan. Kita sedang butuh suri tauladan yang baik. Teringat sabda nabi Muhammad SAW, Saya diutus ke muka bumi ini semata-mata hanya untuk menyempurnakan akhlak

Menyinggung soal Nabi, baiklah, kita masuk pada inti tulisan ini. Selama tiga minggu berturut-turut, peringatan Maulid Nabi begitu ramai di lingkungan PMII Country. Minggu pertama, kegiatan tersebut digelar Rayon Ad-Dakhil Fisip. Yang didaulat menjadi penceramah adalah Ustad Khairul Anam, penceramah yang seringkali mengisi khutbah Jum'at di masjid Baitul Jannah, aktivis PMII Country lebih akrab menyebutnya "Masjid Mulkan". Acara itu dilanjutkan dengan pawai shalawat, melebur dengan warga. Ini sedikit lebih keren karena mampu menghadirkan warga sekitar. Apakah benar demikian? Dan seharusnya itu yang perlu dilakukan PMII ke depan. Melebur bersama masyarakat, bukan malah menjadi organisasi elit yang lupa pada masyarakat bawah.

Minggu kedua, kegiatan serupa diadakan oleh kerjasama dua lembaga, yaitu Rayon Revolusi Fakultas Ekonomi dengan Rayon Nusantara, gabunganFakultas Keperawatan, Pertanian dan Teknik. Penceramah yang dihadirkan adalah Ach Dhofir Zuhry, penulis yang sekaligus Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Al Farabi, Kepanjen Malang.

Minggu ketiga, kegiatan dengan kemasan serupa digelar oleh Pengurus Komisariat PMII Country. Penceramahnya adalah Ustad Tamimullah. Sebagian orang mengenalnya sebagai ustad cinta, atau ustad yang gemar sekali mempropaganda keindahan poligami. Pada pembahasan ini, saya yakin ada banyak perempuan yang tidak terlalu suka membacanya. Daripada harus dipoligami, mending jadi perawan tua seumur hidup, kira-kira begitu hal yang mesti terlontar dari bibir manis setiap perempuan.

Sebagai seseorang yang sudah hengkang dari pergulatan keorganisasian di ranah Komisariat ke bawah, saya melihat ada kemajuan signifikan. Paling tidak, secara fisik, kegiatan-kegiatan keagamaan mulai banyak digelar, meski sebenarnya lebih dipengaruhi oleh momentum. Meminjam bahasa Ach Dhofir, ini adalah political commitment. Sebagai orang islam, apalagi berada di bawah naungan Ahlussunnah Wal Jamaah, sangat tidak elok sekali bila tidak menggelar peringatan Maulid Nabi. Oleh sebab itu, dalam satu momentum, ada tiga kali kegiatan sejenis yang secara kemasan tak jauh berbeda satu sama lain. Dipandang dari motif political commitment, ini adalah pertarungan eksistensi – kalau tidak mau dibilang pertarungan menjaga gengsi.

Selain daripada itu, tiga kegiatan tersebut bisa ditilik dari motif lainnya, yaitu intelektual commitment. Selain ditengarai ada pertarungan eksistensi, kegiatan tersebut tentu mengarah pada peningkatan kapasitas dan ketajaman intelektualitas. Sebab, pada zaman digital ini, acapkali kita lupa untuk menajamkan kecerdasan intelektual. Kita lebih banyak menenggelamkan diri dalam urusan percintaan, tidur, main playstation, atau yang paling keren sedikit main COC, katanya melatih kemampuan politis dalam meramu serangan dan bertahan.

Motif terakhir, ini lebih agamis dan sakral, yaitu spiritual commitment. Kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tentu paling mulia bila diniatkan untuk membuktikan kecintaan kita kepada Nabi. Menambah wawasan keagamaan dan semakin mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Cinta kepada Nabi ibarat jatuh cinta kepada kekasih. Bibir selalu basah menyebut-nyebut namanya. Hati selalu cenderung mengingatnya.

Dengan demikian, semoga kita tidak sekadar terjebak pada ritual-ritual keagamaan tahunan. Dengan kegiatan tersebut digelar di masjid, mushallah dan tempat-tempat umum lainnya, berarti kader PMII telah memiliki kesadaran untuk hidup berdampingan dengan masyarakat. Tugas kuliah, manajemen kaderisasi, mempertajam pisau analisis kader memang penting dan perlu. Tapi ingat, PMII memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan kontribusi positif pada  masyarakat di sekelilingnya.

Keberadaan kegiatan sudah cukup untuk membuktikan bahwa PMII masih ada atau exist. Namun, keberadaan PMII di tengah-tengah masyarakat tidak cukup kalau hanya berhenti pada level ada. Ia harus menaikkan levelnya pada yang lebih tinggi, yakni “mengada”. Meminjam bahasa K.H. Toto Tasmara, “mengada” di sini berarti secara aktif dan bertanggungjawab melakukan perbaikan-perbaikan untuk menuju derajat yang lebih tinggi, baik secara batini ruhaniah maupun secara lahiri wujudiah.

Selebihnya, mari bangun dan lestarikan budaya ilmiah di lingkungan kita. Kata Imam Az-Zarnuji, pengarang kitab Ta’limul Muta’allim – Ach Dhofir Zuhry menyebutnya profesor pendidikan – , Belajarlah!  Sebab tak ada manusia yang terlahir pandai.


Latif Fianto, lahir di Sumenep, pecinta buku, menulis cerpen dan esai, sekarang tinggal di Malang bergiat di Komunitas Sastra Malam Reboan.

Friday 8 January 2016

Kampus UNITRI : Musim DO Mahasiswa


Arogansi Rektor Unitri semakin menggila, memaksaku berkata “KEPARAT”.
Lima Mahasiswa Yang Mayoritas adalah Kader PMII di Drop Out hanya karna alasan tak mematuhi peraturan kampus yang berubah secara mendadak untuk segera melunasi DPP. 

Sebuah alasan yang keterlaluan dan mengada-ada, ditambah lagi wacana dari sahabat-sahabat "intelektual" ku yang berwacana rasional perlunya untuk segera melunasi DPP. Okee... Tapi bagiku ini bukan soal lunas, atau mampu dan tidaknya untuk membayar uang DPP Bung.!!! Ini soal aku sudah Muak, dengan kebohongan yang kampus ciptakan hari ini melalui kebijakan barunya. Jangankan 230rb/semester, 1juta/semester pun aku ikhlas bayar ke kampus, asalkan Kampus ini jujur sama Mahasiswanya. 

Dan sampai hari inipun aku tak pernah bercanda gurau dengan beasiswanya Unitri. Jangankan bercanda kenal saja tidak sama sekali. semakin terlihat jelas bahwa ada design dari Rektor Unitri untuk Membunuh nalar kritis Mahasiswa yang selama ini dianggap "ANCAMAN" bagi Pak Rektor yang sejatinya adalah "PENGECUT dan AROGAN" demi memuluskan langkahnya melakukan manuver menguasai Unitri tanpa Mahasiswa yang melakukan perlawanan, alih-alih dengan alasan : Kampus sudah penuh dengan Mahasiswa, Kampus Tak lagi butuh Mahasiswa, tapi Mahasiswa yang butuh kampus, Kampus mau menambah gedung, kampus akan menata ulang system akademik, yang tentu kita ketahui selama ini pelayanan akademik sangat lelet dengan KHAS-nya Antrian Panjang berhari-hari persis seperti Terminal Bus di Hari Libur Lebaran. 

Sekarang aku Tanya kalian semua yang baca tulisan tak beratuan ini, Apakah yang kampus janjikan selama ini, yang menurut kalian system yang sangat bagus, hingga kalian seharian di kantin dengan asyiknya ngobrol kampus ke depan aka ada banyak kemajuan. Hingga mewajar-wajarkan kalau mahasiswa harus segera melunasi uang DPP di tambah lagi kalian mewajar-wajarkan jikalau-kalau teman kalian akan di Drop Out. Aku bertanya pada kalian, Apakah semuanya yang kampus janjian kepada kalian sejak Mahasiswa Baru sampai kalian punya anak dilingkungan kampus semuanya sudah terealisasi. Apakah mata kalian sudah melihat tidak ada lagi Antrian di depan Kantor ke Uangan dan Akademik.??? Jawaban kalian tak perlu di keluarkan. Simpan saja siapa tau anakmu kelak mendapatkan jawaban yang sama denan kalian. Mungkin tulisan ini tak beraturan. Paling tidak tulisan ini membuat semua orang tau UNITRI yang bersemboyan kampus kerakyatan, Education For All, seperti apa kondisinya hari ini. Pak Rektor jangankan ancaman untuk menDrop Out saya hanya karna tulisan ini. Se-inci-pun aku tak gentar sama sekali. Tak usah takut Pak Rektor aku tak mau aksi ataupun bertindak brutal. Aku punya bahasa sendiri, dan biarkan REVOLUSI berbicara dengan bahasanya sendiri, Karena itu adalah yang TERBAIK..!!

* Rifqan Achmad Zarnoeji Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Banyuwangi dan Sekitarnya

Jember dan Sekitarnya

Ponorogo dan Sekitarnya

 
Copyright © 2013 JAWA TIMUR POST
Design by FBTemplates | Distributed by Kaizentemplate.