Oleh
Latif Fianto
Bagaimanakah
seharusnya perayaan hari lahir itu dimaknai?
Sepertinya pertanyaan itu terdengarsedikit
konyol. Bagaimana tidak, kita semua tahu, setiap kali perayaan hari lahir,
orang-orang riuh menyenandungkan lagu "Happy
Birthday to You", atau ramai-ramai melantunkan lagu "Selamat Ulang Tahun". Lantas,
dengan senyum dan mata memeram, bibir meniup nyala lilin. Yang terjadi kemudian
adalah tawa yang membuncah sambil memotong kue tar.
Apakah sesederhana itu?
Ternyata perayaan Hari Lahir atau kita
akrab menyebutnya Ultah, itu tak sebercanda meniup lilin dan memotong kue tar.
Hehehe
Mari kita renungi, saya akan mencoba
belajar membukakan pintu dengan menuliskan jalan itu menuju refleksi. Bukan
tentang sumpah pemuda, sumpah mahasiswa atau tentang para pejuang di masa lalu,
tapi ini mengenai perayaan hari lahir lembaga kita, Rayon Ad-Dakhil yang ke- 5.
Ad-Dakhil, sang penakluk, diambil dari
nama lain (Alm) K.H. Abdurrahman Wahid, presiden Republik Indonesia yang
keempat. Seorang penakluk, ia tidak mungkin tidur, pulas berbantal khayalan,
berselimut kemalasan. Seorang penakluk bukan seekor anjing, yang menggonggong,
melolong, lalu bila diberi tulang, diam, tidur dengan perut kekenyangan. Tapi
seorang penakluk, ia adalah singa. Ia tak terlalu banyak suara, kakinya mantap
melangkah maju ke depan. Sorot matanya menyimpan ambisi dan cita-cita besar. Seringkali
ia diam, tapi ia seorang raja, raja rimba.
Lalu, bagaimanakah dengan Ad-Dakhil
kita?
Pertanyaan itu masih belum kita jawab.
Kalau pun mau dijawab, tak perlu ditulis atau diurai di dinding-dindingfacebook, twitter, BBM, atau berteriak
congkak, itu pun dilakukan di dalam tempurungnya. Tak perlu. Kita cukup
membuktikannya dengan kinerja-kinerja kreatif, produktif dan tentu prestatif.
Apakah itu sudah kita lakukan?
Saya tak sedang berusaha berceramah
mengenai apa yang baik dan bagaimana seharusnya mengelola organisasi atau
menjadi kader militan di PMII. Cukup terjemahkan saja Tri Motto PMII ke dalam
kehidupan nyata, itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi kader PMII yang
berkualitas dan militan. Ini pun bukan kata saya, melainkan mengais kembali
ingatan isi ceramah Abdullah Syam, penceramah yang didatangkan dari Pesantren
Rakyat, Malang Selatan, di malam Perayaan Hari Lahir Rayon Ad-Dakhil (16/01).
Lantas, untuk apa kita merayakan hari
lahir Rayon Ad-Dakhil? Apakah sekadar untuk menaikkan great gengsi?
Membaca pertanyaan ini, tentu banyak
kepala yang akan menggeleng. "Ini
bukan soal gengsi, simbol atau hanya seru-seruan belaka", mungkin itu
jawaban yang akan terdengar. Mari kita amini saja. Apa pun motifnya, perayaan
hari lahir adalah sesuatu yang sakral. Semoga kita tidak terjebak pada ritual
belaka. Merayakan hari lahir adalah bentuk apresiasi kita, bentuk penghargaan
kita pada Tuhan, pada organisasi tempat kita bernaung dan menimba ilmu,
meskipun buahnya belum tentu kita panen saat ini juga. Namun, apapun makanan
dan minumannya, poin penting dari perayaan hari lahir adalah refleksi,
introspeksi, proyeksi dan ekspektasi akan masa depan.
Karenanya, dalam rangka melakukan
refleksi, dalam tulisan sederhana ini saya ingin menghadirkan rumusan
pertanyaan K.H. Toto Tasmara, penulis buku Membangun Etos Kerja Islami, untuk
menjadi bahan refleksi kita di hari lahir Ad-Dakhil yang ke - 5 ini. Dan
penjelasan dari jawabannya, sekali lagi, tak perlu diumbar, cukup dibuktikan
saja dengan kinerja nyata di setiap lembar-lembar kerja organisasi.
Pertama,
know who are you. What is your strengths and your weaknesses.
Terjemahan bebasnya kira-kira begini, ketahui siapa dirimu, kekuatan dan
kelemahanmu. Ini mirip analisis SWOT saat kita hendak melakukan rapat kerja di
awal kepengurusan. Namun, analisis seperti ini harus dilakukan setiap waktu,
bukan hanya saat sedang ketika hendak melakukan rapat kerja. Hal ini baik untuk
terus melakukan upgrading terhadap
kinerja, keilmuan dan tentu untuk produktivitas kerja kita di tubuh organisasi.
Kedua
dan ketiga, know your job, know your
competitor and your partner. Kita harus tahu, apa pekerjaan dan peran yang
diemban, dan perlu tahu, siapa pesaing dan dan teman, sahabat atau kawan kita.
Sampai pada jawaban untuk rumusan
pertanyaan ini, kita sudah benar-benar memahami siapa yang lawan, siapa yang
kawan. Namun, tersebab ego, ramuan politik dan bahkan ambius dalam merebut
kekuasaan, kerap kali lupa dan mungkin sengaja dilupakan, siapa teman, siapa sahabat,
siapa kawan dan siapa lawan. Peran dan kerja menjadi absurd. Tak jarang kita
mendendam pada sahabat sendiri. Tak sekali dua kali kita mengusir sahabat
sendiri dari arena diskusi.
Kejelekan masing-masing pengurus yang
tidak disukai diumbar di laman facebook,
status di BBM, dan bahkan yang sangat disayangkan, bagaimana bila lawan politik
kita yang secara ideologi berbeda, menggunakan momen tersebut untuk memporak-porandakan
lembaga PMII. Karenanya, setiap pribadi perlu tahu porsi peran, tugas dan tanggungjawabnya.
Bisa dikatakan, mereka yang saling menjelek-jelekkan sesama pengurus, mengumbar
kelemahan dan kebejatan lembaganya di ruang-ruang umum adalah mereka yang tidak
dewasa dalam berorganisai, tak punya tanggung jawab, dan perlu diupgrade pemahamannya mengenai
organisasi.
Keempat
dan kelima, know your company and your goal, know your product. Rayon Ad-Dakhil adalah lembaga yang bergerak di
ranah fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Di dalamnya ada Ilmu Administrasi
Negara dan Ilmu Komunikasi. Dua keilmuan yang apabila dikembangkan akan
mewarnai khazanah intelektualitas kita di tubuh PMII. Dua keilmuan itu harus
menjadi titik fokus utama sebelum mengembangkan keilmuan atau kreativitas
lainnya.
Setiap pribadi, lembaga, ataupun perusahaan
tentu memiliki spesialisasi dan spesifikasi tertentu. Ada kelemahan dan
kelebihan masing-masing. Yang kelebihan harus terus dipertahankan dan
dikembangkan, sementara yang kelemahan harus dijadikan peluang untuk menciptakan
kemajuan.
Keenamdan
ketujuh, know your customer, know your
message. Pemahaman sederhana mengenai ini adalah mengetahui dan memahami
siapa relasi kita, apa pesan, situs, jejak, dan kenangan seperti apa yang akan
kita cipta di benak setiap orang yang menjadi saksi perjalanan kita di tubuh
organisasi.
Sekiranya kita sudah memahami mengenai
rumusan pertanyaan ini dan lupa bagaimana menerjemahkannya dalam kehidupan
berorganisasi, maka momentum perayaan hari lahir Rayon Ad-Dakhil menjadi momentum
yang sangat cocok untuk melakukan refleksi dan introspeksi mengenai apa yang
sudah dan akan kita lakukan ke depan.
Sekali lagi, sekalipun anjing
berjingkrak-jingkrak menggonggong, melolong memenuhi kolong langit, seekor singa
akan tetap melangkah mantap ke depan, bersiap menyergap mangsa, berjuang
menyongsong masa depannya. Sebab ia bukan pengecut atau pecundang, tapi ia
adalah raja. Ia adalah kader Ad-Dakhil yang sudah ditunggu masyarakat di
lingkungan yang lebih besar dan kompetitif, penuh tendensi politis.
Di akhir tulisan ini, semoga tidak
melangkahi para ustadz dan kiai bila saya mengutip firman Allah, sebagaimana
berikut ini.
"...
Ambillah ibarat (tanda-tanda) ini, wahai mereka yang memiliki penglihatan
intelektual(al-Hasyr:
2).
Latif Fianto, lahir
di Sumenep, pecinta buku, menulis cerpen dan esai, sekarang tinggal di Malang, bergiat
di Komunitas Sastra Malam Reboan.