Klik Disini
BREAKING

Sunday 17 January 2016

Kepada Ad-Dakhil: Merayakan Ultah Tak Sebercanda Meniup Lilin!


Oleh Latif Fianto


Bagaimanakah seharusnya perayaan hari lahir itu dimaknai?

Sepertinya pertanyaan itu terdengarsedikit konyol. Bagaimana tidak, kita semua tahu, setiap kali perayaan hari lahir, orang-orang riuh menyenandungkan lagu "Happy Birthday to You", atau ramai-ramai melantunkan lagu "Selamat Ulang Tahun". Lantas, dengan senyum dan mata memeram, bibir meniup nyala lilin. Yang terjadi kemudian adalah tawa yang membuncah sambil memotong kue tar.

Apakah sesederhana itu?

Ternyata perayaan Hari Lahir atau kita akrab menyebutnya Ultah, itu tak sebercanda meniup lilin dan memotong kue tar. Hehehe

Mari kita renungi, saya akan mencoba belajar membukakan pintu dengan menuliskan jalan itu menuju refleksi. Bukan tentang sumpah pemuda, sumpah mahasiswa atau tentang para pejuang di masa lalu, tapi ini mengenai perayaan hari lahir lembaga kita, Rayon Ad-Dakhil yang ke- 5.

Ad-Dakhil, sang penakluk, diambil dari nama lain (Alm) K.H. Abdurrahman Wahid, presiden Republik Indonesia yang keempat. Seorang penakluk, ia tidak mungkin tidur, pulas berbantal khayalan, berselimut kemalasan. Seorang penakluk bukan seekor anjing, yang menggonggong, melolong, lalu bila diberi tulang, diam, tidur dengan perut kekenyangan. Tapi seorang penakluk, ia adalah singa. Ia tak terlalu banyak suara, kakinya mantap melangkah maju ke depan. Sorot matanya menyimpan ambisi dan cita-cita besar. Seringkali ia diam, tapi ia seorang raja, raja rimba.

Lalu, bagaimanakah dengan Ad-Dakhil kita?

Pertanyaan itu masih belum kita jawab. Kalau pun mau dijawab, tak perlu ditulis atau diurai di dinding-dindingfacebook, twitter, BBM, atau berteriak congkak, itu pun dilakukan di dalam tempurungnya. Tak perlu. Kita cukup membuktikannya dengan kinerja-kinerja kreatif, produktif dan tentu prestatif.

Apakah itu sudah kita lakukan?

Saya tak sedang berusaha berceramah mengenai apa yang baik dan bagaimana seharusnya mengelola organisasi atau menjadi kader militan di PMII. Cukup terjemahkan saja Tri Motto PMII ke dalam kehidupan nyata, itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi kader PMII yang berkualitas dan militan. Ini pun bukan kata saya, melainkan mengais kembali ingatan isi ceramah Abdullah Syam, penceramah yang didatangkan dari Pesantren Rakyat, Malang Selatan, di malam Perayaan Hari Lahir Rayon Ad-Dakhil (16/01).

Lantas, untuk apa kita merayakan hari lahir Rayon Ad-Dakhil? Apakah sekadar untuk menaikkan great gengsi?

Membaca pertanyaan ini, tentu banyak kepala yang akan menggeleng. "Ini bukan soal gengsi, simbol atau hanya seru-seruan belaka", mungkin itu jawaban yang akan terdengar. Mari kita amini saja. Apa pun motifnya, perayaan hari lahir adalah sesuatu yang sakral. Semoga kita tidak terjebak pada ritual belaka. Merayakan hari lahir adalah bentuk apresiasi kita, bentuk penghargaan kita pada Tuhan, pada organisasi tempat kita bernaung dan menimba ilmu, meskipun buahnya belum tentu kita panen saat ini juga. Namun, apapun makanan dan minumannya, poin penting dari perayaan hari lahir adalah refleksi, introspeksi, proyeksi dan ekspektasi akan masa depan.

Karenanya, dalam rangka melakukan refleksi, dalam tulisan sederhana ini saya ingin menghadirkan rumusan pertanyaan K.H. Toto Tasmara, penulis buku Membangun Etos Kerja Islami, untuk menjadi bahan refleksi kita di hari lahir Ad-Dakhil yang ke - 5 ini. Dan penjelasan dari jawabannya, sekali lagi, tak perlu diumbar, cukup dibuktikan saja dengan kinerja nyata di setiap lembar-lembar kerja organisasi.

Pertama, know who are you. What is your strengths and your weaknesses. Terjemahan bebasnya kira-kira begini, ketahui siapa dirimu, kekuatan dan kelemahanmu. Ini mirip analisis SWOT saat kita hendak melakukan rapat kerja di awal kepengurusan. Namun, analisis seperti ini harus dilakukan setiap waktu, bukan hanya saat sedang ketika hendak melakukan rapat kerja. Hal ini baik untuk terus melakukan upgrading terhadap kinerja, keilmuan dan tentu untuk produktivitas kerja kita di tubuh organisasi.

Kedua dan ketiga, know your job, know your competitor and your partner. Kita harus tahu, apa pekerjaan dan peran yang diemban, dan perlu tahu, siapa pesaing dan dan teman, sahabat atau kawan kita.
Sampai pada jawaban untuk rumusan pertanyaan ini, kita sudah benar-benar memahami siapa yang lawan, siapa yang kawan. Namun, tersebab ego, ramuan politik dan bahkan ambius dalam merebut kekuasaan, kerap kali lupa dan mungkin sengaja dilupakan, siapa teman, siapa sahabat, siapa kawan dan siapa lawan. Peran dan kerja menjadi absurd. Tak jarang kita mendendam pada sahabat sendiri. Tak sekali dua kali kita mengusir sahabat sendiri dari arena diskusi.

Kejelekan masing-masing pengurus yang tidak disukai diumbar di laman facebook, status di BBM, dan bahkan yang sangat disayangkan, bagaimana bila lawan politik kita yang secara ideologi berbeda, menggunakan momen tersebut untuk memporak-porandakan lembaga PMII. Karenanya, setiap pribadi perlu tahu porsi peran, tugas dan tanggungjawabnya. Bisa dikatakan, mereka yang saling menjelek-jelekkan sesama pengurus, mengumbar kelemahan dan kebejatan lembaganya di ruang-ruang umum adalah mereka yang tidak dewasa dalam berorganisai, tak punya tanggung jawab, dan perlu diupgrade pemahamannya mengenai organisasi.

Keempat dan kelima, know your company and your goal, know your product. Rayon Ad-Dakhil adalah lembaga yang bergerak di ranah fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Di dalamnya ada Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi. Dua keilmuan yang apabila dikembangkan akan mewarnai khazanah intelektualitas kita di tubuh PMII. Dua keilmuan itu harus menjadi titik fokus utama sebelum mengembangkan keilmuan atau kreativitas lainnya.

Setiap pribadi, lembaga, ataupun perusahaan tentu memiliki spesialisasi dan spesifikasi tertentu. Ada kelemahan dan kelebihan masing-masing. Yang kelebihan harus terus dipertahankan dan dikembangkan, sementara yang kelemahan harus dijadikan peluang untuk menciptakan kemajuan.

Keenamdan ketujuh, know your customer, know your message. Pemahaman sederhana mengenai ini adalah mengetahui dan memahami siapa relasi kita, apa pesan, situs, jejak, dan kenangan seperti apa yang akan kita cipta di benak setiap orang yang menjadi saksi perjalanan kita di tubuh organisasi.

Sekiranya kita sudah memahami mengenai rumusan pertanyaan ini dan lupa bagaimana menerjemahkannya dalam kehidupan berorganisasi, maka momentum perayaan hari lahir Rayon Ad-Dakhil menjadi momentum yang sangat cocok untuk melakukan refleksi dan introspeksi mengenai apa yang sudah dan akan kita lakukan ke depan.

Sekali lagi, sekalipun anjing berjingkrak-jingkrak menggonggong, melolong memenuhi kolong langit, seekor singa akan tetap melangkah mantap ke depan, bersiap menyergap mangsa, berjuang menyongsong masa depannya. Sebab ia bukan pengecut atau pecundang, tapi ia adalah raja. Ia adalah kader Ad-Dakhil yang sudah ditunggu masyarakat di lingkungan yang lebih besar dan kompetitif, penuh tendensi politis.

Di akhir tulisan ini, semoga tidak melangkahi para ustadz dan kiai bila saya mengutip firman Allah, sebagaimana berikut ini.

"... Ambillah ibarat (tanda-tanda) ini, wahai mereka yang memiliki penglihatan intelektual(al-Hasyr: 2).

Latif Fianto, lahir di Sumenep, pecinta buku, menulis cerpen dan esai, sekarang tinggal di Malang, bergiat di Komunitas Sastra Malam Reboan.


About ""

Terimakasih Sudah Berkunjung di JAWATIMURPOST, Kritik dan Saran Kami sangat Mengharapkan. Jika Informasi Yang Kami Sajikan Memuaskan Anda, Shere And Like Link Website dan Fans Page Kami, Ok!!.

Post a Comment

 
Copyright © 2013 JAWA TIMUR POST
Design by FBTemplates | Distributed by Kaizentemplate.